Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerita Motivasi

JANGAN MUDAH MENGELUH

Anda dan saya sudah tahu bahwa Allah Maha Adil. Apa pun yang diperbuat Allah untuk manusia pasti dilandasi dengan sifat Maha Adil itu. Tetapi yang aneh sebenarnya manusia itu sendiri, ya...kita sendiri ini. Kalau kita memperoleh rejeki banyak, pasti langsung berkata wah...Tuhan memang adil, jika kita mendapat sedikit rejeki, wah... Tuhan kurang adil, dan apalagi jika kita tidak memperoleh rejeki sama sekali, kebanyakan dari kita langsung berteriak... TUHAN TIDAK ADIL... Itulah sikap kebanyakan orang di muka bumi ini, maunya selalu memperoleh bagian sebanyak mungkin, dan sering tidak mau introspeksi diri, lupa melihat ke dalam dirinya sendiri, dan senangnya hal-hal yang bersifat instant saja. Sebagian besar orang tidak mau bersikap secara "proporsional" atau tepat sasaran. Sikap kita sering lebih dipengaruhi "prinsip masa kini" dan "prinsip material", sehingga menyebabkan orang mudah sekali mengeluh, dan protes pada keadaan buruk yang menimpanya. Oleh s...

Hati Seorang Ayah

Suatu ketika, ada seorang anak wanita yang bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk ?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda. Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu bergumam : "Aku tidak mengerti." Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, yang membuat anak wanita itu tambah kebingungan. Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya ...

Dedaunan yang Berguguran

Barangkali kematian yang paling sulit kita terima adalah kematian dari seorang anak. Pada beberapa kesempatan saya pernah diberi kehormatan untuk memimpin upacara pemakaman bagi seorang anak laki-laki atau perempuan, seseorang yang belum lama mengecap pahit manisnya kehidupan. Tugas saya adalah membantu menuntun orang tua yang sedang putus asa, dan juga anggota keluarga yang lainnya, mengatasi siksaan rasa bersalah dan tuntutan obsesif atas jawaban dari pertanyaan, "Mengapa?" Saya sering menceritakan kisah perumpamaan berikut ini, yang dikisahkan kepada saya beberapa tahun silam di Thailand. Seorang bhikkhu hutan yang sederhana tengah bermeditasi sendirian di sebuah pondok jerami di tengah hutan. Pada suatu larut malam, terjadilah badai musim hujan yang garang. Angin menderu-deru bagaikan suara mesin jet dan hujan yang deras menerpa pondoknya. Semakin malam beranjak pekat, badai makin bertambah liar. Mula-mula, dahan-dahan pohon terdengar tercerabut dari batangnya. Lalu selur...

Bersyukur Atau Mengeluh

Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. ~Tawarikh “Bertahun-tahun saya berdoa agar diberikan pacar namun saya tidak juga memperolehnya,” kata seorang mahasiswa kepada saya. Ia juga menyatakan kekecewaannya kepada Tuhan. “Tuhan seakan cuek dan tidak mendengarkan doa saya,” keluhnya. Lain lagi kisah seorang teman yang bertahun-tahun berdoa meminta kekayaan (materi) kepada Tuhan namun ia tidak juga memperolehnya. “Padahal saya telah berniat untuk mendirikan panti asuhan dan membangun rumah ibadah kalau saya jadi orang kaya. Ini kan niat yang mulia.” katanya. Lambat-laun ia kemudian merasa kalau hidupnya tidak diberkati. Benarkah demikian? Secara pribadi, saya dan istri saat-saat sekarang ini benar-benar diingatkan kembali oleh Tuhan mengenai satu pelajaran yang amat berharga yakni mengenai berkat Tuhan yang hampir tidak pernah kita syukuri yaitu kesehatan. Kami baru benar-benar menyadari betapa berarti dan mahalnya kesehatan bagi hidup se...

Dedaunan yang Berguguran

Barangkali kematian yang paling sulit kita terima adalah kematian dari seorang anak. Pada beberapa kesempatan saya pernah diberi kehormatan untuk memimpin upacara pemakaman bagi seorang anak laki-laki atau perempuan, seseorang yang belum lama mengecap pahit manisnya kehidupan. Tugas saya adalah membantu menuntun orang tua yang sedang putus asa, dan juga anggota keluarga yang lainnya, mengatasi siksaan rasa bersalah dan tuntutan obsesif atas jawaban dari pertanyaan, "Mengapa?" Saya sering menceritakan kisah perumpamaan berikut ini, yang dikisahkan kepada saya beberapa tahun silam di Thailand. Seorang bhikkhu hutan yang sederhana tengah bermeditasi sendirian di sebuah pondok jerami di tengah hutan. Pada suatu larut malam, terjadilah badai musim hujan yang garang. Angin menderu-deru bagaikan suara mesin jet dan hujan yang deras menerpa pondoknya. Semakin malam beranjak pekat, badai makin bertambah liar. Mula-mula, dahan-dahan pohon terdengar tercerabut dari batangnya. Lalu selur...

Motor Tua

Dengan riang kulangkahkan kaki memasuki pekarangan rumah. Ah, cukup lama aku meninggalkan orang-orang yang kucintai. Dengan haru yang memenuhi rongga dada, kunikmati setiap langkah rindu.. Namun langkahku terhenti, pandanganku tertumbuk pada sebuah motor tua. Ya, motor itu sudah sangat tua dan tidak bisa lagi dipergunakan sebagaimana mestinya. Tidak berlebihan ketika papa mempertahankannya tetap ada sebagai prasasti kenangan indah di masa lalu. 20 tahun yang lalu motor itu sangat berarti. Allah menyatukan hati papa, mama, aku dan adik-adik (aku empat orang bersaudara) syariatnya lewat kendaraan bekas yang sekarang sudah dipenuhi debu dan karat itu. Sebagai pegawai negeri biasa, papa dan mama hanya bisa mencicil sebuah motor sebagai sarana transportasi kami sekeluarga. Waktu itu aku berusia 5 tahun, adikku no 2 berusia 3 tahun, no 3 berusia 2 tahun dan adik bungsuku berusia kira-kira 5 bulan. Dengan ekonomi yang pas-pasan orang tuaku membesarkan, merawat dan mendidik anak-anaknya tanpa ...

Ayam dan Bebek

Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah hutan pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam. Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mereka mendengar suara di kejauhan: "Kuek! Kuek!" "Dengar," kata si istri, "Itu pasti suara ayam." "Bukan, bukan. Itu suara bebek," kata si suami. "Nggak, aku yakin itu ayam," si istri bersikeras. "Mustahil. Suara ayam itu 'kukuruyuuuk!', bebek itu 'kuek! kuek!' Itu bebek, Sayang," kata si suami dengan disertai gejala-gejala awal kejengkelan. "Kuek! Kuek!" terdengar lagi. "Nah, tuh! Itu suara bebek," kata si suami. "Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul," tandas si istri, sembari menghentakkan kaki. "Dengar ya! Itu a... da... lah... be... bek, B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti?" si suami berkata dengan gusar. "Tapi itu ayam," masih saja si istri bersikeras. "Itu jela...

JENDELA

Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang diantaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya. Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan. Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana. "Di luar jendela...

Kisah Seorang Tukang Air

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan satunya lagi tidak. Tempayan yang utuh selalu dapat membawa air penuh, walaupun melewati perjalanan yang panjang dari mata air ke rumah majikannya. Tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh. Hal ini terjadi setiap hari selama dua tahun. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan utuh merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugas dengan sempurna. Di pihak lain, si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidaksempurnaanya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya ia dapat berikan. Setiap Orang Memiliki kekurangan Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak berkata kepada si tukang air, “Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri dan saya mohon...

Seorang Tukang Air Dan Dua Tempayan Besar

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan satunya lagi tidak. Tempayan yang utuh selalu dapat membawa air penuh, walaupun melewati perjalanan yang panjang dari mata air ke rumah majikannya. Tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh. Hal ini terjadi setiap hari selama dua tahun. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan utuh merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugas dengan sempurna. Di pihak lain, si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidaksempurnaanya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya ia dapat berikan. Setiap Orang Memiliki kekurangan Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak berkata kepada si tukang air, “Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri dan saya mohon...

Gusti Allah Ora Sare...

Gusti Allah Ora Sare... Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11 malam. Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini. Ah, hari yang menjemukan saat itu. Terlebih, setelah beberapa saat berjalan, warna langit tampak memerah. Rintik hujan mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan "acara" kehujanan. Setengah berlari saya mencari tempat berlindung. Untunglah, penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana. Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh, menjumpai bapak penjual yang sendirian, ditemani rokok dan lampu petromak yang masih menyala. Dia menyilahkan saya duduk. "Disini saja dik, daripada kehujanan...," begitu katanya saat saya meminta ijin berteduh. Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang pekat. Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya berkata, "tolong bikin mie goreng pak, di makan disini saja. Sang...

Salah Satu Motivasi Hidup Adalah Bekerja

Seekor ayam berkokok pagi-pagi benar, kemudian keluar kandang dan mengepak-ngepakan sayapnya, yang jantan berkokok keras, menyambut sang surya yang tersenyum di ufuk timur. Mereka pergi pagi dan pulang menjelang malam dengan gelembung tembolok dileher yang sudah penuh dengan makanan. kemudian beristirahat sampai menjelang pagi dan kembali berkokok, mengepakan sayap, menyiapkan cakar-cakar untuk mengorek makanan di tanah dan rerumputan. Itulah kelebihan seekor ayam tanpa beban bekerja mencari makan. Sama halnya manusia , walau kadang bangun telat dengan si Ayam?, alangkah baiknya bila kita bekerja seperti ayam artinya bekerja tanpa beban, bedanya Ayam mencari makan untuk hari itu saja sedangkan manusia tidak untuk hidup hari ini saja, melainkan untuk esok hari,takala tua,menyekolahkan anak,membesarkan anak,mengantarkan anak sampai bisa mandiri dan lain-...

Jari "Cantengen"

Tentang jari "cantengen" disuatu rumah sakit, ada seorang pasien yang sedang sakit. dia memeriksakan apa yang dia keluhkan ke seorang dokter. pasien : "(sambil menunjuk dengan jarinya) dok, saat gini kok sakit(menunjuk kepala,perut, dan lutut)". dokter : "wah, penyakitnya komplek.saya periksa dulu kepalanya" (setelah beberapa saat) dokter :"waduh kepalanya gak sakit pa2, normal2 ja, coba saya periksa perutnya". (setelah beberapa saat) dokter : "wah perutnya juga gakda masalah, coba saya periksa lututnya" (setelah beberapa saat) dokter : "waduh, ni lutut jg sehat2 ja"(dengan wajah kebingungannya) setelah itu, si pasien disuruh keluar du, coz pak dokter mau evaluasi tentang penyakit tersebut. di saat si pasien keluar, dia ketemu dengan temannya yang tau penyakitnya. teman pasien : "kok da disini, lagi apa??" pasien : "lagi berobat tentang penyakitku" teman pasien : "bagus itu, jadi penyakite biar cepet s...